Senin, 02 Mei 2011
Tips for Digital Imaging
Assalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh...
Hari masih tergolong pagi waktu saya nulis ini..ditemani secangkir kopi susu favorit di cafe favorit..^^dengan laptop yang setia nemenin saya kemanapun saya pergi...
Oke, cut the crap...!
Di kesempatan ini saya ingin membagi pengalaman saya dalam mengolah digital imaging foto. Mungkin semua udah pernah dengar kata digital imaging, dan mungkin hampir semua pembaca menguasai trik ini. Tapi mungkin juga, dari kita ada yang terlupa pada sesuatu..
Lupa akan dasar terbentuknya sebuah karya digital imaging..
Digital imaging bisa diartikan sebagai proses mengolah gambar dengan teknik digital, maksud teknik digital disini adalah tool yang kita gunakan, dan hasil yang kita dapatkan. Semuanya dikerjakan dengan komputer dan software Photoshop, terserah menggunakan versi berapa pun, yang sampai hari ini masih merupakan software terpopuler dan tercanggih dalam mengolah foto digital. Tapi bagaimana sesungguhnya proses digital imaging itu?
Saya tidak membahas tool dan trik disini, tapi lebih kepada hal sepele yang justru mendasari terciptanya karya digital imaging/foto manipulasi/digital art atau apalah sebutannya...yaitu
sebuah IMAJINASI!
Tanpa imajinasi , sebuah karya akan terasa kaku, mati gaya, janggal dan tidak terasa hidup. Karena untuk menghidupkan sebuah karya yang bisa dinikmati banyak orang, dasarnya adalah imajinasi. Supaya penikmatnya bisa merasakan apa yang dirasakan oleh sang seniman, ikut terbawa dalam suasana yang digambarkan dan diinginkan si seniman..
“saya sering bingung menentukan konsep olahan saya..”
Itulah pertanyaan yang sering saya dengar dalam mengolah manipulasi foto. Saya punya beberapa tips sendiri dalam mengolah foto, mungkin akan sangat berguna...
1. Bebaskan imajinasi seliar mungkin
2. Tentukan konsep yang tepat
3. Pilih stok gambar yang tidak melenceng dari konsep
4. Pelajari ilmu fotografi, minimal fotografi dasar
5. Pelajari karakter mood sendiri
6. Kerjakan dengan sabar dan telaten
1. Bebaskan Imajinasi seliar mungkin.
Imajinasi adalah khayalan, dan khayalan tidak ada batasnya! Kita bebas mengkhayal seolah kita menciptakan dunia sendiri dalam pikiran kita.
Jika demikian...kenapa kita batasi khayalan itu? Bebaskan! Biarkan pikiran kita membawa khayalan itu kemanapun. Disanalah kita menemukan hal baru yang mungkin belum pernah ada dalam dunia yang nyata. Kita bisa terbang, bisa berubah jadi tokoh apapun idola kita, bisa merubah bentuk makhluk hidup, bisa menciptakan landscape baru yang menakjubkan dan lain lain sebagainya tanpa batas!! Tapi...mungkin tidak semua orang dengan gampang nya memainkan imajinasi. Dan jangan kuatir, semua ini bisa dilatih. Hal penting yang harus diingat adalah kecintaan kita terhadap dunia olah digital, baik itu manipulasi foto sederhana ataupun rumit, animasi, painting ataupun fotografi. Karena apabila kita sudah menemukan kecintaan itu, maka semuanya ...apapun bisa dipelajari! Saya bisa jamin!
Jangan berputus asa apabila kita belum mampu berimajinasi seperti orang-orang yang bisa, sebab setelah kita mencintai dunia ini, yang awalnya hanya senang mengagumi karya orang lain, lama-lama akan terdorong keinginan untuk mencoba membuatnya sendiri. Ini disebut sumber inspirasi, inspirasi dan referensi bisa datang dari mana saja.
Bedanya dengan ilmu fotografi, dunia digital imaging membebaskan segala teknik, bahkan teknik yg menabrak dari kebiasaan yang ada. Dan biasanya...justru disitulah letak kelebihan suatu teknik digital. Disitulah hal yang paling saya sendiri senangi, karena kita bisa beda dari orang lain.
Latih imajinasi dengan banyak referensi..bisa dari film (baik itu film animasi ataupun non-animasi), bisa dari game bagi yang gila main game, bisa dari internet dengan melihat karya orang lain yang udah ada, bisa dari majalah, iklan ataupun sekedar dari nongkrong di pinggir jalan dan melihat kejadiaan sesaat yang unik! Semua itu adalah “harta” konsep, dan saya bisa yakinkan bahwa ide tidak akan ada habisnya selama kita mau meng-eksplor terus!
Setelah referensi tadi masuk kedalam kepala, tuangkan dalam bentuk sketsa/storyboard ke kertas. Terserah mau di kertas rokok, kertas tisue, bungkus nasi atau apalah!! Yang penting jangan sampai ide tadi ilang... Just write it!! Coretan ataupun hanya kode-kode yang kita sendiri tahu tidak masalah, yang penting jangan sampai lupa. Dan ketika sampai dirumah, tuangkan kembali sketsa coretan tadi ke sketsa yang lebih halus, di kertas yang lebih bersih atau...langsung aplikasikan ke photoshop.
Sip! Satu “peluru” telah kita siapkan....!!
2. Tentukan Konsep yang Tepat.
Sebenarnya apa itu konsep? Konsep bisa dikatakan adalah kerangka dari wujud utuh sebuah karya. Ingat jaman sekolah kita disuruh membuat karangan? Saat itu oleh guru kita hanya diberi kerangka karangannya lalu disuruh mengembangkan, supaya jadi satu karangan utuh yang bercerita. Sadar atau tidak, saat itu kita udah belajar mengenai konsep. Begitulah cara kerja konsep, sama halnya dengan membuat konsep satu olahan digital imaging. Apabila konsep itu terbentuk, usahakan jangan keluar daripadanya. Konsep mirip dengan tema, tapi tetap ada bedanya. Karena tema lebih menggambarkan secara global, dan konsep akan menyempitkannya menjadi lebih spesifik. Biasanya tema udah ada sebelum konsep terbentuk.Tidak perlu ribet dalam penyusunan konsep, karena bisa-bisa akan menyusahkan kita sendiri. Jika kita sudah menentukan tema, saya yakin konsep akan berjalan dengan sendirinya.
Satu contoh, misalnya tema editan saat ini adalah legenda. Anggaplah legenda pewayangan, yang bernama Arjuna. Pikirkan sosok Arjuna, sosok lelaki muda yang memakai kostum wayang dan membawa segala atribut panahnya dan lain-lain. Lalu apa konsepnya? Misalnya kita tentukan Arjuna sedang melawan HULK! Heheheh ...kan bebas! Bayangkan mereka sedang bertarung dengan segala elemen-lemen pendukungnya, bisa berupa : api, panah, batu yang terburai, gunung meletus, sinar-sinar dan lain sebagainya. Saat itu imajinasi kita akan membantu bagaimana kita menyusun elemennya, bagaimana membuat aura pertarungannya, bagaimana menekankan point of interestnya dan bagaimana mengakhiri dengan finishing yang dramatis.
Yup! “peluru “ kedua sudah ada di tangan!
3. Pilih gambar stock yang tepat.
Stok gambar yang kita pakai dalam pembuatan karya, harus sesuai. Pilihlah gambar stock yang sesuai dengan konsep, jangan melenceng. Misalnya nih, konsep pertarungan keras yang sudah kita buat dimasuki elemen gambar kelinci yang lucu, atau ada bunga segar atau ada elemen yang tidak nyambung lainnya. No no no...! Angle model yang kita inginkan juga harus sesuai dengan konsepnya.
Pemilihan stok background juga harus diperhatikan, supaya tetap mendukung keadaan objek utamanya. Tips Jika kita ingin menonjolkan objeknya, blurkan backgroundnya, tapi jika ingin menceritakan bahwa objek masih terkait dengan background, olah Bg dengan telaten, samakan aura pencahayaan tapi tetap tidak mengalihkan point of interest, karena biar gimanapun, BG hanyalah pendukung objek.
Memang, susah-susah gampang dalam memilih stok, karena gak bisa dipungkiri bahwa memilih stok yang tepat akan membuat seluruh olahan kita nampak menyatu dan hidup. Pilih stok dengan resolusi tinggi (jika ada), tapi usahakan HARUS ADA!! ^^..hehehe.
Karena perbedaan resolusi di tiap elemen gambar/ foto akan mempengaruhi menyatunya sebuah manipulasi utuh. Kalo pun stok yang kita temukan adalah satu-satunya gambar dengan resolusi rendah, olah dulu sedemikian rupa untuk mendapatkan hasil yang mendekati dengan foto elemen lain yang resolusinya tinggi.
Dan...Peluru ketiga sudah disejajarkan!
4. Pelajari Ilmu Fotografi
Sekilas kita menemukan perbedaan antara aplikasi digital imaging yang ibaratnya “NO RULES” dengan ilmu fotografi yang mesti memperhatikan teknis. Tapi sesungguhnya semua aplikasi tetap mendasar pada ilmu fotografi. Baik itu painting, animasi 3D bahkan olahan manipulasi foto. Sebab yang namanya manipulasi foto tak lepas dari hasil fotografi, yang memperhatikan cahaya, angle serta komposisi.
Saran saya, kuasai sedikit ilmu fotografi, minimal menguasai dasar. Seperti : mengerti teori pencahayaan dalam pemotretan studio, atau bisa juga dengan memperhatikan available light. Caranya, tongkrongin dan hapalkan pada hari yang cerah, mulai dari pagi-siang-sore dan senja. Perhatikan jatuhnya cahaya dan perbedaannya di jam-jam tersebut. Ini akan sangat berguna sekali sebagai patokan kita dalam menentukan cahaya di karya manipulasi. Meskipun cahaya buatan itu bisa dengan gampang dikerjakan dengan Adobe Photoshop, tapi justru tetap harus memperhatikan arah dan menghindari kejanggalan pencahayaan. Dasar fotografi juga melatih kita menentukan angle dan komposisi. Dalam dasar fotografi ada salah satu ilmu “1/3 ruang” yang artinya dalam satu frame, terbagi menjadi 9 bagian dan 4 titik komposisi di tiap sudut pertemuan kesembilan bagian tersebut. Memang tidak ada salahnya meletakkan objek di tengah sebuah frame, tapi rumus 1/3 ruang ini akan memperkaya komposisi objek supaya tidak monoton dan membosankan.
Dari dasar ini, pengembangan pengaturan point of interest bisa dilakukan. Dan dengan angle serta komposisi yang tepat, semua elemen-elemen yang berada dalam satu frame tadi akan terlihat saling berinteraksi , saling mendukung dan saling menghidupkan satu sama lain. Jangan membuang tenaga dengan meletakkan banyak stok, kecuali memang sangat dibutuhkan, alasannya karena akan melebarkan konsep dan bisa menyulitkan kita sendiri pada saat finishing.
Simpan “peluru” keempat ini...!
5. Pelajari Karakter Mood Sendiri
Naa...bagian ini juga gak kalah penting dalam proses pembuatan karya, ujung-ujungnya mood yang berbicara. Karena otak kita gak bisa berpikir disaat mood lagi kacau. Atur waktu untuk mengerjakan sebuah karya dengan mood yang bagus dan waktu yang sedang santai. Setel musik pembangkit semangat untuk memancing kembalinya mood. Terserah mo musik apa aja, dangdut pun gak masalah...yang penting ada sesuatu yg membuat pikiran kita rileks dan bisa membuat kita berimajinasi dengan tenang. Kalo dalam tengah proses pengerjaan tiba-tiba mood ilang, tinggalkan sebentar, kerjakan yang lain..mungkin dalam beberapa hari mood itu akan kembali dan kita bisa menyelesaikannya. Mood mempengaruhi juga proses lamanya pengerjaan, kadang dalam pengerjaan sebuah seni tidak ada batasan waktu, jadi jangan cepat puas dengan hasilnya supaya gak buru-buru diaplot untuk mendapatkan hasil yang bagus.
Tambah “peluru” kelima nih...^^
6. Kerjakan Dengan Sabar dan Telaten
Dalam pekerjaan apapun, kesabaran selalu membuahkan hasil maksimal, ditambah dengan ketelitian dalam pengerjaannya. Jadi cobalah untuk selalu teliti dan memperhatikan detail. Bukan untuk menghindari kritikan orang lain, tapi ini tentang kepuasan! Mungkin memang ada masterpiece yg dikerjakan dengan asal tapi mempunyai nilai jual tinggi baik dari sisi komersil ataupun yang dapat sekedar dinikmati. Tapi banyak juga karya yang dikagumi banyak orang yang dikerjakan bukan dengan hanya membalik telapak tangan, butuh waktu tenaga dan pikiran.Kita bukan berusaha untuk membuatnya tampak rumit, tapi memperhatikan detail akan sangat mempengaruhi hasil karya. Misalnya detail dalam pemotongan, supaya hasilnya rapi, detail dalam pewarnaan, detail dalam pencahayaan dengan memperhatikan semua elemen cahaya yang saling berinteraksi.
Memperhatikan detail dalam mengolah setiap stok gambar supaya tetap konsisten pada resolusi dan ketajamannya serta jeli akan detail yang lainnya. Disebabkan karena manipulasi foto memang berbahan dasar foto, yang ketajaman dan resolusi berbeda, maka perhatikan setiap detail pengerjaan akhir, cek kembali apabila ada salah potong atau perhatikan stok-stok kecil yang kita letakkan disana, perhatikan pengaruhnya ke elemen lain di sekitarnya. Kembali keatas, perhatikan perspektif setiap objeknya.
Jika kita harus memainkan rumus DOF sempit ataupun luas, kembali ke ilmu fotografi. Apabila kita memainkan elemen 3 dimensi, kembalikan ke ilmu perspektif yang ada pada 3 dimensi dan atau jika kita ingin pencahayaan yang seperti aslinya dengan berpola pada cahaya yang sebenarnya, kembalikan ke ilmu painting dengan membuat vrtual lighting. Semua ilmu itu ada kaitannya, terutama ilmu fotografi. Tidak bisa dipisahkan dalam proses digital imaging. Jadi......
“Peluru” terakhir sudah disiapkan..!
Setelah semua peluru tadi kita kumpulkan, sepertinya kita siap untuk memulai! Tapi kita masih perlu senjata. Yaitu gadget! Alias hardware ...diantaranya, komputer dengan video card dan memory yang cukup. Karena dengan komputer yang lambat, pengerjaan olahan kita juga akan berat. Selain itu adalah Pen tablet alias digitizer untuk memudahkan pengerjaan gambar/painting, misalnya kita ingin menggunakan teknik matte painting,yaitu teknik manipulasi foto yang digabungkan dengan lukisan. Tentu saja lebih memudahkan melukis dengan pen tablet dibandingkan dengan mouse.
Ibaratnya seperti dalam kita memotret. Kita gak hanya cukup punya 1 kamera SLR dan satu lensa, lama kelamaan kita butuh lensa lain, butuh flash, butuh akselerator batere, dan sebagainya. Untuk pen tablet awalnya gunakan aja yg murah dulu, sampai bisa menguasainya ataupun akhirnya tuh alat rusak, baru ganti ke yang lebih mahal, supaya gak mubazir. Pelajari dengan sungguh-sungguh cara menggunakannya sekaligus cara perawatannya.
Well, kira-kira segitulah proses dan tips membuat karya digital imaging versi saya, semoga tulisan yang panjang ini tetap ada manfaatnya, karena semua seni didasari oleh essensi yang kuat. Dan jika dasarnya kuat, maka bangunan setinggi apapun bisa berdiri di atasnya.
“Kita hidup bukan di dalam mimpi, tapi kita hidup dan bekerja dengan mimpi.. !“
Tetaplah berimajinasi!
Jadikan karya bangsa Indonesia dikenal di dunia!
Salam,
Dipomaster
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar