Dewasa ini sering sekali kita dibingunkan dengan istilah Designer. Maraknya teknologi informasi, komunikasi, menuntut pelaku bisnis, dunia kreatif berlomba untuk menjadi yang terdepan. Praktis banyak bermunculan telenta-talenta baru berbakat. Usia muda tidak lagi menjadi halangan untuk kreatif dan inovatif. Dengan program sekolah gratis utamanya SMK oleh pemerintah, tentu ini menjadi peluang emas buat anak bangsa yang ingin skill segera terasah namun dengan kesempatan sekolah yang terbatas.
Salah satu bidang favorit saat ini adalah bidang desain. Mau multimedia, desain produk, desain grafis (DKV) atau bidang lainnya yang serumpun tengah berlomba menjadi yang terbaik. Persaingan dari yang sehat sampai yang ‘sakit’ pun tidak dapat terelakkan.
Kondisi inilah yang memungkinkan munculnya ‘desainer dadakan’ dimana-mana. Bahkan tanpa mengenyam pendidikan formalpun seseorang sudah bisa beranggapan bahwa dirinya adalah seorang Desainer. Pada dasarnya sih tidak ada masalah, mau menganggap dirinya siapa. Tapi coba kita pahami bersama. Desainer bukanlah suatu pekerjaan laksana seorang operator atau tukang. Mereka dituntut lebih dari sekedar operator. Selain kemampuan teknis yang memadahi harus pula didasari pengetahuan yang memadahi. Artinya teori juga perlu. Bagaimana mungkin orang yang keseharian hanya bermain aplikasi tanpa tahu landasan teori sudah bisa menganggap dirinya adalah desainer handal.
Intinya adalah, seorang desainer bukanlah seorang tukang desain, karena ini adalah satu paket. Sama halnya kalau kita membeli paket makanan, tidak mungkin enak jika paket makanan ini hanya disajikan perbagian. Tidak masalah landasan teori dengan cara membaca sendiri (autodidak) atau lewat jalur formal. Yang penting janganlah diri kita menganggap kita sudah menjadi desainer handal jika pengetahuan kita tentang seluk beluk dunia kreatif ini masih sedikit. Belajar … belajar .. dan terus belajar tanpa henti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar