“Cinta itu menyakitkan, terasa sakit karena ada sembelih cemburu yang menyertainya. Kalau bukan karena cinta, tidak mungkin wanita ini cemburu sampai dampaknya sesadis ini, ya mas”, ungkap Lyn pada mas Dedy yang bersama-sama membaca koran keluaran negeri jiran yang membahas mengenai ditemukannya serpihan mayat wanita yang tubuhnya hancur karena ledakan bom yang diduga diletakkan didalam mulutnya.
Sedemikian sadis pembunuhan yang dilatarbelakanagi rasa cemburu dari seorang wanita yang diduga menyuruh orang untuk menculik wanita simpanan suaminya yang lebih muda dan cantik, lalu ledakan bom yang dimasukkan ke dalam mulutnya membuat sang wanita muda beberapa detik kemudian meninggal dengan sangat mengenaskan. (kisah nyata).
Merinding Lyn membayangkan peristiwa itu yang bukan cerita fiksi namun kisah nyata yang berlaku di era millennium ini. Masya Alloh, sedemikian possesifnyakah cinta itu sehingga begitu menyakitkan apabila orang yang kita miliki dan kita sayangi kemudian pindah ke lain hati sehingga membuat seorang wanita sanggup melakukan pembunuhan dengan cara yang sangat kejam dan menyakitkan.
Cinta itu menyakitkan bagi yang mencintai, menerima cintanya, serta orang ketiga atau keempat yang diduga terlibat dalam percintaan itu, misalnya: seorang istri yang mencintai suaminya, dia akan sangat sakit hati bila suaminya melirik wanita lain ketika berjalan bersama dengan mesra di sebuah pertokoan. Betapa pedih hatinya bila suami yang dicintai masih sempat melirik yang lain padahal pada saat yang sama tangannya meremas tangan istrinya dengan mesra.
Rasa cinta itu menjadi menyakitkan karena ternyata orang yang dicintai melakukan tindakan yang melukai hatinya dan tidak terasa apa-apa bila tidak ada rasa cinta bukan? Dan cinta juga menyakitkan bagi yang menerimanya karena sang suami justru menjadi tertekan karena istri menjadi cemberut dan ngomel-ngomel tidak karuan.
Tentu saja cinta akan semakin menyakitkan bila bernilai posesif, rasa kepemilikan yang sangat tinggi, sehingga sulit berbagi rasa dengan yang lain. Baginya sang suami adalah miliknya seorang dan akan menjadi hancur jiwa seorang wanita bila diam-diam suami yang dicintai ternyata menikah lagi. Hal ini menyebabkan timbullah rasa cemburu yang membuatnya sakit hati karena cinta posesifnya pada sang suami.
Pertanyaan saya adalah pernahkan kita merasakan cinta yang dahsyat dengan akibat cemburu yang dahsyat ketika Allah lebih mencintai saudara kita daripada kita sendiri? atau ketika Allah berikan rezqi yang banyak pada kawan kita dibandingkan kita sendiri? Jika jawabannya ya, maka bersyukurlah bahwa kita masih memiliki cinta yang sebaik-baiknya cinta hanya kepada Allah, kemudian kepada rasul dan baru pada suami.
Namun bila kita belum ada rasa cemburu kepada Allah dan juga kepada Rasul, maka cinta kita masih palsu, baru sekedar suka. Karena itu daripada cinta kita pada suami atau istri menjadi cinta yang menyakitkan yang membuat diri sendiri dan orang lain menjadi uring-uringan, maka lebih baik alihkan cintamu sebagian besar kepada Allah lalu kepada Rasulullah dengan cara menjalankan perintahnya dan melakukan sunahnya nabi serta memikirkannya siang malam.
Hal ini akan membuat cintamu tidak terlalu menyakitkan karena sudah ada pelampiasan cinta pada yang lain selain daripada kenyataan bahwa cinta Allah kepada kita dan cinta Rasul pada kita, adalah cinta yang memberi tak harap kembali.
Perhatikanlah bagaimana Allah begitu mencintai kita walau terkadang kita selalu berkubang dosa. Mendengar adzan panggilan untuk bicara dengannya saja kita seringkali tak peduli, tapi Dia tetap limpahkan rahmat dan ampunan pada kita.
Lihatlah bagaimana Rasulullah dulu hanya memanggil umati-umati, padahal beliau tidak kenal kita. Bayangkan, tidak kenal saja sudah ada rasa cinta, bagaimana kalau kenal yaa? Namun cintanya tidak posessif, karna beliau tetap akan memberikan syafaat dan menunggu kita saat ini untuk bergabung bersama dengannya disurga, walau kita tidak begitu mencintai beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar